Senin, 15 September 2014

Solusi Masalah Kenaikan BBM

Di tengah – tengah bergemingnya masalah krisis energi di tanah air, Bahan Bakar Nabati (BBN) hadir sebagai sebuah solusi tepat dalam menangani masalah tersebut. Biodiesel, bioetanol, biogas dan briket yang akhir – akhir ini mulai ditemukan oleh kaum intelek telah membuka asa dan harapan bagi Indonesia untuk segera bangkit dari masalah krisis energi. Manfaat dari BBN pun ini ternyata cukup menjanjikan untuk masa depan Indonesia kelak. Dengan adanya BBN ini, tidak hanya masalah krisis energi yang teratasi, tetapi juga masalah kemiskinan, keterbatasan bahan baku SDA yang selanjutnya diolah menjadi bahan bakar, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dan mutunya serta manfaat lainnya yaitu dapat menciptakan generasi penerus yang kristis menghadapi tantangan dunia, kreatif dan inovatif dalam menemukan penemuan – penemuan baru yang berguna bagi Bangsa Indonesia di kemudian hari.
Pada dasarnya, bahan baku utama dari BBN tersebar luas hampir di seluruh wilayah Indonesia karena ntayanya Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah. Dengan demikian, BBN mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan baku BBM. Biodiesel yang fungsinya dapat menggantikan solar sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel seperti truk angutan berat dapat dibuat dari tanaman jarak pagar, minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai, kelapa, sirsak, srikaya, kapuk dan alga.

Lain halnya dengan bioetanol, bahan bakar ini bisanya dicampurkan dengan bahan bakar bensin untuk meningkatkan bilangan oktan seperti zat aditif Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL) sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran mesin kendaraan dan mengurangi emisi gas buang berbahaya. Bioetanol berbahan dasar jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan tebu. Untuk biogas yang biasanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, terbuat dari sampah organik seperti kotoran sapi atau kerbau sedangkan briket merupakan bahan bakar padat yang salah satunya dapat dibuat dari batok kelapa atau tempurung kelapa (www.chem-is-try.org). Mengingat mudahnya memperoleh sumber bahan baku utama BBN, pemerintah tidak lantas diam saja menunggu panen kemudian memetik tanpa adanya upaya pengembangan tanaman dan ternak yang berpotensi menghasilkan sumber energi tersebut. Melainkan perlu adanya suatu program budidaya tanaman penghasil biodiesel, bioetanol dan briket serta pemeliharaan hewan – hewan ternak penghasil biogas.
Dalam memenuhi program tersebut, tentu saja memerlukan peranan dari masyarakat kecil seperti para petani. Hal ini disamping membantu pemerintah, juga membantu meningkatkan taraf hidup para petani yang selama ini pendapatannya tidak seberapa besar. Dengan bekerja mengolah lahan seluas beberapa hektar bersama pemerintah, dimungkinkan pendapatan mereka bertambah ketimbang pendapatan yang dihasikan dari penjualan hasil panen mereka sebelumnya yang diperoleh dengan susah payah.
Pemanfaatan BBN sebagai sumber energi alternatif masa depan mendatangkan sisi positif di mata masyarakat yang tidak peduli dengan sampah – sampah yang acap kali mereka temui sepanjang jalan. Setidaknya dengan adanya BBN ini, masyarakat berpikir dua kali untuk mengacuhkan sampah – sampah tersebut yang kenyataannya dapat mendatangkan keuntungan bagi mereka. Selama ini, mungkin mereka membiarkan sampah – sampah organik seperti sampah sayuran, limbah tahu dan sebagainya berserakan dimana – mana. Tetapi setelah tahu bahwa sampah tersebut dapat diolah menjadi bioetanol dan biogas serta meningkatkan nilai manfaatnya dari sesuatu yang kurang berguna menjadi sesuatu yang lebih berguna, sehingga tumbullah kepedulian di dalam diri mereka. Dengan demikian, jelaslah bahwa BBN juga akan mencetak masyarakat Indonesia yang kreatif dan inovatif dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Menilik pada potensi negara Indonesia yang besar terutama untuk ketersediaan bahan baku, sudah sepantasnya negara Indonesia berani menunjukkan potensinya kepada dunia sebagai negara penghasil bioenergi dunia. Berbagai tantangan kedepannya dalam pengembangan bioenergi ini, terutama pada aspek modal, pengembangan teknologi, permasalahan hambatan sosial, dan keterbatasan pasar dan penguna sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, kaum intelek dan pihak-pihak terkait untuk mencari solusinya. Diharapkan dalam 100 tahun ke depan, Indonesia dapat menjadi jawara dunia dalam bidang energi. Dalam mencapai harapan tersebut, harus disadari bahwa keberhasilan tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan suatu hasil kerja keras dari semua pihak.
 (sumber:http://www.sssgindonesia.org/in/news/detail/bahan-bakar-nabati-bbn-sebagai-solusi-menghadapi-krisis-energi)

Analisis:
Untuk mengatasi masalah kenaikan BBM nih memang tidak bisa hanya sekedar menaikkan harga bbm atau dengan melakukan subsidi BBM tetapi juga harus mencari suatu alternatif baru. Bahan bakar dari nabati ini adalah suatu inovasi yang patut dikembangkan. Bahan bakar nabati ini tentunya menjadi suatu solusi yang sangat "mencerahkan". Karena tentunya dengan bahan bakar dari nabati ini tidak akan menyebabkan kelangkaan bahan bakar karena bahan bakar ini akan dapat diperbaharui. Jika kita lihat dari segi kode etik seorang engineer bahan bakar yang diciptakan ini sudah mengikuti kode etik yaitu menciptakan sesuatu yang mementingkan kesehatan, keselamatan, dan kemahaslatan manusia karena dengan menggunakan BBN ini akan mengurangi emisi gas buangan berbahaya. Selain itu dengan penggunaan BBN ini akan meningkatkan taraf hidup msayarakat Indonesia karena banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja pada bidang pertanian.

Permasalahan yang mungkin terjadi:
Untuk mengatasi BBM yang semakin langka ini maka pemerintah semakin terpacu untuk membentuk BBN sehingga terjadi penebangan secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pembuatan BBN.

Ethical Decision Matrix:

0 komentar:

Posting Komentar